LONG LIFE EDUCATION

Rabu, 10 Juni 2009

KETIKA TINTA MEMBUAT ONAR


Adalah syari’at sebagai pemompa munculnya kodifikasi sebagai kakinya. Berupaya berjalan sejauh mungkin hingga pelosok akal manusia. Maka dialah laksana oase ditengah gurun para insan awam, waktu itu. Tak tanggung-taggung memakai segala bahasa, dan memeras otak orang-orang terpercaya, berharap abadi di segala zaman.
Jika talking-talking soal kodifikasi, maka pasti erat hubungannya dengan kitab agama (baik yang suci, maupun yang sok suci). Disana terkumpul ajaran-ajaran yang mereka yakini dari Tuhan. Dan kitab-kitab yang masuk nominasi adalah Zabur, Taurat, Injil, dan al-Qur’an. Keempatnya ini tentu melewati sistem kodifikasi yang melelahkan, agar syari’at bisa tepat sasaran. Namun sejarah berkata bahwa penulisan kitab zabur, Taurat, dan Injil (masa kini) mengalami kecacatan yang disengaja oleh orang-orang jahil, hingga timbul berbagai macam keyakinan agama. Sedangkan kitab al-Qur’an dikatakan masih orisinil hingga saat ini.
Menilik kecacatan kodifikasi ketiga kitab diatas, yaitu seperti munculnya kitab Talmud, yaitu sebuah kitab pedoman kaum yang mereka yakini sebagai kader dari kitab Taurat. Kitab Talmud lebih tepat disebut “buku diary kaum Yahudi”, karena teks yang tertulis didalamnya adalah bermacam-macam pengaduan dan undang-undang yang mereka tulis sendiri, karena merasa tertekan dan tertindas dibawah perpecahan, kehancuran, dan pengusiran oleh penganut agama lain. Maka timbullah dalam diri mereka semua potensi negatif, seperti: iri, dengki, benci, dendam, dan permusuhan terhadap semua bangsa lain. Joseph Barcley, seorang ilmuwan tentang kebudayaan Ibrani – berkata: “Sebagian kalimat yang ada dalam kitab Talmud adalah extrim, sebagiannya lagi menjijikkan dan sebagiannya lagi berisi kekufuran.” Sebagai contoh, dengan serampangan dalam kitab Talmud tertulis: “ Bani Israil lebih tinggi derajadnya disisi Allah darpada malaikat. Jika seorang non-Yahudi memukul seorang Yahudi, maka seolah-olah orang itu telah memukul Tuhan. Kaum Yahudi - sebagaimana yang tertulis oleh Rabbi-rabbi mereka- adalah bagian dari Allah, seperti seorang anak merupakan sebagian dari ayahnya. Oleh karena itu, disebutkan dalam Talmud bahwa apabila seorang non-Yahudi memukul orang Yahudi, maka orang itu harus mati. (Sanhedrim, hal.2 no. 58).
Kemudian kitab Injil Kristiani yang secara “bim-salabim” ditulis lebih dari 90 tahun setelah yesus meninggal. Dalam buku tafsir Injil matius; bahwa markus ditulis 70 tahun, Yohanes 90 tahun, dan Lukas 80 tahun setelah Yesus tiada. Secara logika, mungkinkah kitab itu masih valid??. Karena itu banyak pernyataan kontradiksi antara perjanjian lama dan perjanjian baru, bahkan antar sesama perjanjian baru. Seperti ayat yang tertulis dalam Yohanes perjanjian baru, pasal 5:31;” Kalau aku bersaksi tentang diri-ku sendiri, maka kesaksian-ku itu tidak benar.” Yang berlawanan dengan Yohanes, pasal 8:14;”Jawab Yesus kepada mereka, katanya: Biarpun aku bersaksi tentang diriku sendiri, namun kesaksianku itu benar. Sebab aku tahu darimana akku dating dan kemana aku pergi….”. inilah contoh kitab suci yang plin-plan. Dan itu membuat sebagian besar kaum Kristen kebingungan, hingga taqlid dipilih sebagai jalan yang aman.
Selain keduanya itu, muncul juga kitab-kitab lain yang melanggar rambu-rambu Tuhan. Lalu apakah al-Qur’an sendiri bersih dari cacat?? Tunggu dulu…. Sejarah kodifikasi dan penjagaaan al-Qur’an memang cukup menjamin kemurnian kalam Tuhan. Tapi walau demikian, tetap masih banyak pihak kaum-kaum pendengki yang mencoba memodifikasi wahyu dengan yang mereka inginkan. Salah satu contoh, yaitu seperti halnya kaum Syi’ah dengan merubah salah satu ayat dalam surat al-Maidah ayat: 67
ياأيهاالرسول بلغ ما أنزل إليك من ربك (المائدة:٦٧)
mereka merubahnya menjadi:
ياأيهاالرسول بلغ ما أنزل إليك في علي
Inipun menjadi kontrofersi panjang di dunia sorban. Banyak terjadi perpecahan bahkan peperangan antar golongan dalam islam, karena adanya multi tafsir. Bukan hanya itu, banyak pula terjadi peperangan antar agama karena adanya perbedaan keyakinan yang bersumber dari kitab-kitab mereka. Maka kodifikasi tentu juga merupakan salah satu unsur yang turut bertanggung jawab atas semua tragedi itu.
Ketika kalian membaca al-Qur’an, maka kalian sedang memandang tinta-tinta yang luar biasa hebat, yang mana jutaan nyawa mujahidin melayang karena berupaya melindungi kesucian tinta-tinta itu. Tapi kalian akan lebih merasakan kehebatan al-Qur’an, jika kalian pelajari juga kitab-kitab lain.

Zahrul l.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda